Posted by Berbagi Kehidupan on Monday, March 30, 2015
Jejak ini diklaim bekas telapak kaki Nabi Adam AS di Srilanka
Tak mudah memang menulusuri genealogi umat manusia. Ada banyak faktor penyebab tentunya, yang paling krusial adalah minimnya data akibat perbedaan waktu yang cukup panjang.
Kondisi ini diperparah dengan nyaris tidak terdapat catatan atau dokumentasi kuat dari masa lalu yang mempertegas tiap temuan fakta di lapangan. Jika ada data, sayangnya itu pun berasal dari dongeng dan kisah-kisah Israiliyat, yang kerap diragunkan validatas atau akurasinya.
Upaya penelusuran itu bukan tidak pernah dilakukan oleh umat Islam, jauh sebelum beragam teori tentang manusia dalam paleontropologi atau ilmu tentang manusia purbakala, di antaranya Teori Darwinisme, para cendekiawan di masa salaf, banyak mengupas persoalan ini.
Lebih dari 400 buah kitab telah berhasil dikarang tentang genealogi umat manusia. Beberapa di antaranya ada yang fokus pada nasab orang-orang Arab, dan tak sedikit pula yang panjang lebar mengulas genealogi secara umum.
Sebut saja misalnya Bahr an-Nishab, karangan Abu Makhnaf Luth bin Yahya (157 H), an-Nasab al-Kabir karya Amir bin Hafsh (170 H), al-Kamil fi an-Nasab besutan Ibnu Thabathaba (449 H), dan masih banyak lagi karya-karya ulama salaf menyoal genealogi manusia.
Tetapi, faktanya tak pernah muncul kesepakatan dari mereka akan siapakah manusia pertama kali yang layak dijadikan sebagai muara keturunan umat manusia saat ini.
Bahkan sebagian sejarawan menegaskan bahwa Adam bukanlah muara dari keturunan segenap manusia (abu al-basyariyah)yang ada di bumi. Adam hanya menyandang sebutan bapak manusia saja (abu al-Insan). Dua istilah yang berbeda tentunya.
Karenanya, tak heran nama-nama sejarawan terkemuka seperti Ibn al-Atsir, at-Thabari, al-Muqrizi, berani berpendapat bahwa jutaan tahun sebelum Adam, telah ada eksistensi manusia di muka bumi.
Mereka berjibaku dengan golongan jin, untuk saling berebut hegemoni dan kekuasaan sebagai penguasa tunggal di bumi. Sementara Alquran sendiri dalam surah al-Baqarah, hanya menyebutkan Adam sebagai khalifah, bukan sebagai manusia pertama di bumi. Fakta yang sama menjadi bahan perdebatan sengit antara dua cendekiawan Muslim masa kini asal Mesir yakni Abd as-Shabur Syahin dan Zaghl an-Najjar.
Beberapa argumentasi pun dibeberkan guna memperkuat pendapat bahwa Adam AS bukanlah muara dari segenap keturunan manusia yang ada di bumi, melainkan yang benar adalah Nuh AS. Penegasan ini seperti dikuatkan oleh hadis riwayat Ahmad yang menyatakan, Sam adalah bapak Arab, Ham adalah bapak Habsy (ras Afrika), dan Yafet adalah bapak Romawi (ras eropa).
Al-Qalaqasyandi dalam Nihayat al-Irib fi Ma’rifat Ansab al-Arabmenambahkan, para ahli genealogi dan sejarawan sepakat bangsa-bangsa yang eksis dan berkembang saat ini, merupakan keturunan Nuh yang selamat dari peristiwa banjir bandang.